Bisnis

Laba BTN Turun Lebih dari 90% Pada 2019

AKUPAHAM.COM – Keuntungan Bank Tabungan Negara (BTN) anjlok lebih dari 90 persen tahun lalu karena pinjaman yang tidak lancar dan biaya dana naik di tengah iklim bisnis yang menantang bagi industri perbankan.

Bank yang berfokus pada hipotek membukukan laba sebesar Rp 209,26 miliar (US $ 15,3 juta) pada 2019, turun sebesar 92,5 persen tahun-ke-tahun, direktur utama BTN Pahala N. Mansury mengatakan pada hari Senin. Penurunan tajam dalam laba disebabkan oleh keputusan BTN untuk mematuhi standar akuntansi baru yang mensyaratkan ketentuan kerugian pinjaman untuk mencakup pinjaman baik dan buruk, katanya.

Sebagai hasil dari penerapan Standar Akuntansi 71, yang mulai berlaku tahun ini, ketentuan kerugian kredit BTN hampir dua kali lipat, melonjak sebesar 85,4 persen menjadi Rp 6,16 triliun pada 2019, dari Rp 3,29 triliun pada 2018.

Pahala juga menyalahkan meningkatnya biaya dana untuk keuntungan menukik bank tahun lalu.

“Biaya dana yang lebih tinggi memberi tekanan pada kemampuan kami untuk menghasilkan laba tahun lalu,” katanya saat konferensi pers di Jakarta. Biaya dana BTN naik menjadi 6,1 persen tahun lalu dari 5,77 persen pada Desember 2018.

Bank juga mencatat lompatan kredit macet pada tahun 2019 karena Pahala mengatakan kredit macet bruto (NPL) BTN meroket dari 2,78 persen pada 2018 menjadi 4,78 persen tahun lalu, mendekati level 5 persen yang dianggap sehat.

Pinjaman, sementara itu, tumbuh 7,36 persen menjadi Rp 255,82 triliun pada 2019, lebih tinggi dari pertumbuhan kredit industri perbankan yang lebih luas 6,08 persen pada 2019, terendah sejak 2009, karena kegiatan ekonomi yang lemah berdampak pada pemberi pinjaman lokal.

Para ekonom telah memperingatkan bahwa meningkatnya kredit macet selama perlambatan ekonomi global dan likuiditas yang ketat di lingkungan suku bunga rendah akan menimbulkan tantangan besar bagi industri perbankan Indonesia hingga 2020.

Sumber Foto: katadata

Bank akan mencoba menjual NPL kepada pihak lain untuk meningkatkan rasio kredit macet.

Direktur perbaikan dan grosir BTN, Elisabeth Novie Riswanti, mengatakan bank akan mencoba menjual NPL kepada pihak lain untuk meningkatkan rasio kredit macet. Pengambilan potensial termasuk perusahaan pasar hipotek sekunder milik negara PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) dan perusahaan manajemen aset PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA), tambahnya.

“Kami juga akan melelang aset jaminan dari kredit macet dan menawarkannya kepada pengembang dan investor di masa depan,” kata Elisabeth.

Pahala memperkirakan bahwa ukuran seperti itu diharapkan akan meningkatkan rasio NPL-nya menjadi antara 3 dan 3,5 persen pada akhir tahun ini.

Direktur keuangan BTN Nixon Napitupulu menjelaskan lompatan rasio kredit buruk dengan keputusannya untuk mempertimbangkan pinjaman berkualitas rendah, khususnya di segmen komersial bertingkat tinggi, untuk dimasukkan sebagai NPL.

“Kami memutuskan untuk mempertimbangkan pinjaman yang telah direstrukturisasi lebih dari dua atau tiga kali sehingga kami dianggap tidak memiliki prospek yang baik untuk NPL sehingga kami dapat menjualnya kepada pihak lain,” katanya.

Saham BTN, diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dengan kode BBTN, ditutup pada Rp 1.795 masing-masing pada hari Senin, naik 1,7 persen dari hari perdagangan sebelumnya. Saham-saham tersebut telah merosot hampir 30 persen dalam satu tahun terakhir, berkinerja di bawah tolok ukur indeks komposit Jakarta yang lebih luas yaitu 9,7 persen.

Sumber: The Jakarta Post

Nanda Ang

Love and Work, Work and Love, that's all there is. -Sigmund Freud-

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Close Subscribe Card