Rupiah Lampaui 14,000, Estimasi PDB yang Meleset
AkuPaham – Nilai tukar rupiah terhadap Dolar Amerika melonjak hingga 14,000 rupiah untuk pertama kalinya sejak Desember 2015. Pertumbuhan ekonomi yang mengecewakan yang membuat Bank Indonesia tidak memiliki banyak pilihan untuk mempertahankan Rupiah.
Rupiah jatuh sebanyak 0.5 persen ke 14,003 terhadap Dolar, sebelumnya pada jam 16.55 harga jual Dolar mencapai 13,999. Penurunan ini diperparah oleh kerugian mata uang yang mencapai 3.2 persen selama tiga bulan terakhir, membuat Rupiah mata uang dengan performance terburuk setelah Rupee India di Asia. Dan hingga hari ini Rupiah telah jatuh ke angka 14,081,42.
Ekonomi Indonesia berkembang lebih lambat pada kuartal terakhir dari pada perkiraan para pakar ekonomi membuat Bank Indonesia kesulitan untuk menaikkan interest rate untuk melindungi Rupiah. Bank Indonesia telah meningkatkan pembelian obligasi negara dari pasar sekunder untuk membendung aksi jual dan intervensi di pasar valuta asing untuk menstabilkan Rupiah walau tidak banyak membuahkan hasil.
Tekanan pada Rupiah mungkin akan berlanjut karena para investor luar negeri akan menukar dividen dalam denominasi Rupiah dan pembayaran bunga dari saham dan obligasi menjadi Dolar. Menurut Mingze Wu dari INTL FCStone Inc. Singapura “ini hanya tekanan musiman biasa,” dia juga menambahkan “tetapi 14,000 adalah penghalang psikologis sehingga bank sentral mungkin akan memainkan peran untuk mempertahankan rupiah apalagi jika harga tembus di atas wilayah ini yang dapat memicu pemberhentian.”
Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo mengatakan bahwa Bank Indonesia akan memastikan likuiditas yang cukup dari mata uang lokal dan valuta asing di pasar untuk mengurangi vitalitas, termasuk melakukan pertukaran mata uang bilateral sebagai pertahanan untuk melindungi dari kerugian lebih lanjut. Penjualan bersih obligasi pemerintah dari para investor asing mencapai 1.1 miliar Dolar pada bulan lalu. Ini adalah penjualan tertinggi selama satu tahun belakangan.
Menurut Enrico Tanuwidjaja kepala ekonomi dan penelitian berbasis di Jakarta untuk PT UOB Indonesia, adanya kesalahpahaman pada depresiasi Rupiah sebagai kemunduran rupiah dan ekonomi Indonesia. Enrico menerangkan bahwa ini diakibatkan menguatnya Dolar secara luas, dan langkah-langkah yang dilakukan oleh Bank Indonesia sudah benar.
Sumber: Bloomberg