Biografi TokohInspirasi

Maryam Mirzakhani, Wanita Pertama yang Memenangkan Hadiah Nobel, Meninggal Dunia Pada Usia 40 Tahun

Maryam Mirzakhani – Dunia matematika mengalami pukulan menyedihkan beberapa bulan lalu dengan kematian Profesor Maryam Mirzakhani pada usia 40 tahun. Mirakhani menjadi tertarik pada matematika hanya di tahun terakhir sekolahnya, namun dengan cepat ia berhasil memenangkan medali emas di Olimpiade Matematika Internasional secara berturut-turut. Dua puluh tahun kemudian dia menjadi wanita pertama, sekaligus orang Iran pertama yang memenangkan Fields Medal atau “Hadiah Nobel” di bidang matematika.

Mirzakhani lahir di Teheran pada tahun 1977. Revolusi Iran dua tahun kemudian mengurangi peluang bagi anak perempuan, namun tidak sepenuhnya menghentikan Maryam Mirzakhani mewakili negaranya di Olimpiade Matematika pada tahun 1994 dan 1995, dia berhasil memenangkan medali emas dua kali berturut-turut. Pada tahun 1995 dia adalah orang Iran pertama yang meraih nilai sempurna di Olimpiade tersebut.

Professor Maryam Mirzakhani
Professor Maryam Mirzakhani -TehranTimes

Setelah menempuh pendidikan sarjana di Universitas Teknologi Sharif, Teheran. Mirzakhani menjadi salah satu dari banyak ilmuwan Iran yang pindah ke barat. Universitas, laboratorium penelitian, dan rumah sakit di Eropa, Amerika Utara, dan Australia telah memperoleh banyak manfaat dari orang berbakat yang baru saja meninggalkan Iran ini. Dalam kasus Mirzakhani, dia menyelesaikan PhD di Harvard yang membuat rekan-rekannya terpukau atas prestasinya, sebelum dipekerjakan di Stanford.

Meskipun prestasinya telah membuatnya menjadi tokoh terkemuka di kalangan matematikawan dunia, namun Mirzakhani mulai dikenal oleh khalayak yang lebih luas pada tahun 2014, saat ia memenangkan Fields Medal atau seringkali disebut sebagai Hadiah Nobel untuk ahli matematika hebat, Fields Medal hanya diberikan setiap empat tahun sekali, untuk 2-4 matematikawan yang berusia di bawah 40 tahun pada setiap kesempatan.

Penghargaan tersebut diberikan kepada Mirzakhani berkat karyanya, yakni “Riemann Surfaces”, dan dia telah membuat kemajuan signifikan di beberapa bidang matematika lainnya, seperti membuktikan dugaan lama dalam dinamika Teichmüller dan memecahkan geometri hiperbolik. Terlepas dari sifat abstrak karyanya, ada kemungkinan implikasi teori medan kuantum dan asal usul alam semesta. Mungkin juga ada aplikasi teknik dan ilmu material.

Kontribusinya diakui dunia dengan pemilihan ke National Academy of Sciences, dan American Academy of Arts and Sciences, di antara banyak badan lain yang terhormat. Matematikawan di seluruh dunia meratapi kematian Mirzakhani. “Maryam adalah seorang ahli teori matematika yang brilian, dan juga orang yang rendah hati yang hanya menerima penghormatan hanya dengan harapan bisa mendorong orang lain mengikuti jalannya,” kata Presiden Stanford, Marc Tessier Lavigne dalam sebuah pernyataan.

Mirzakhani didiagnosis menderita kanker payudara pada tahun 2013, yang kemudian menyebar ke sumsum tulangnya, yang menyebabkan kematiannya. Dia meninggalkan seorang suami, Jan Vondrak dan anak perempuan Anahita. Meskipun Mirzakhani telah menghabiskan hampir setengah hidupnya di Amerika Serikat, dia tetap menjadi sosok yang sangat membanggakan di Iran. Dengan statusnya yang sedemikian rupa sehingga bahkan surat kabar yang dikelola pemerintah Iran pun melanggar larangan normal mereka untuk menunjukkan bahwa wanita tidak mengenakan jilbab. Anggota parlemen mendorong undang-undang yang mengizinkan anak-anak dari ibu-ibu Iran untuk mendapatkan kewarganegaraan negara tersebut, dengan menggunakan kasus Anahita untuk menuntut perubahan.

Semoga akan lahir kembali perempuan-perempuan hebat seperti Maryam Mirzakhani di kemudian hari yang dapat menginspirasi dunia. Jangan lupa membaca AkuPaham karena terdapat artikel menginspirasi lainnya yang dapat dijadikan sumber pengetahuan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Close Subscribe Card