Cara Menyehatkan Tubuh Melalui Emosi

Emosi adalah salah satu kata yang sering kali orang gambarkan sebagai amarah, selain itu emosi juga dapat berarti luapan perasaan yang datang dalam waktu singkat, dalam artian bisa memuncak kemudian hilang dalam sekejap. Selain itu, menurut KBBI (kamus besar bahasa Indonesia), emosi dapat diartikan sebagai keadaan dan reaksi dari psikologis dan fisiologis seseorang, bisa berupa amarah, kesedihan, senang, gembira, keharuan dan kecintaan. Bagi sebagian orang diam atau menekan emosinya agar tidak muncul ke permukaan adalah tindakan yang tepat, khususnya saat berada dalam keadaan marah atau sedih. Mereka menganggap menekan amarah dan kesedihan adalah bagian dari menjadi dewasa dan bijaksana, apakah semua itu tepat? Padahal menjadi marah dan sedih adalah sesuatu yang lumrah dan sangat manusiawi. Lalu apakah dampak menekan amarah dan sedih untuk tubuh?

Dampak Emosi Kepada Sistem Imun
Pernahkah kamu memperhatikan apa yang kamu makan saat mengalami stres, junkfood, rokok, atau mungkin saja alkohol. Kamu tentu sudah sangat mengetahui apa yang akan terjadi pada tubuhmu saat mengkonsumsi makanan dan minuman di atas, semua ini tentunya karena suasana hatimu yang sangat buruk. Walau belum bisa dijelaskan dengan pasti, bagaimana emosi dapat berdampak pada kesehatan tubuh manusia, namun keadaan seperti stres, sedih, khawatir dan amarah dapat berdampak pada hormon kortisol di dalam tubuh kamu. Saat stres, sedih dan khawatir hormon kortisol dalam tubuh kamu dapat menekan sistem imun pada tubuh kamu, dan menyebabkan kamu lebih mudah terserang penyakit, dan ditambah dengan kebiasaan buruk yang muncul saat stres, semua ini tentunya dapat berdampak buruk pada kesehatanmu.

Hadapi Emosimu Terkelammu dan Sehatkan Tubuhmu
Mengekspresikan emosi adalah salah satu cara paling ampuh untuk meredakannya. Jika kamu selama ini hanya dapat memendam emosimu, mungkin ini adalah saatnya untuk melepaskannya. Kamu bisa memulainya dengan mengatakan apapun yang menjadi kebimbanganmu kepada keluarga atau teman dekatmu, jika kamu merasa sungkan, kamu dapat menulisnya di dalam sebuah buku. Dalam sebuah penelitian di bidang Psychosomatic Medicine, pasien pengidap HIV yang menulis tentang kekhawatiran mereka selama 30 menit dalam empat hari berturut-turut mengalami pengurangan dalam viral load (istilah untuk menggambarkan jumlah virus HIV dalam darah) dan mengalami penguatan pada Sel T untuk melawan infeksi. Penelitian lain dalam Journal of Consulting and Clinical Psychology menyebutkan bahwa pasien dengan kanker payudara yang membicarakan dan mengekspresikan perasaan mereka tentang kanker yang mereka alami, menemui dokter lebih sedikit, terkait masalah kanker mereka, daripada pasien yang tidak.

Bersandarlah Jika Memang Kamu Memerlukannya.
Bersandar pada orang lain saat kamu membutuhkannya, bukanlah suatu hal yang memalukan atau kekanak-kanakan, justru hal ini dapat membantu kamu menghindari amarah dan kesedihanmu. Sebuah studi yang dilakukan oleh Sheldon Cohen, PhD yakni seorang profesor di Universitas Carnegie Mellon dan seorang ahli hubungan kesehatan dan social, tentang kemungkinan orang dewasa terkena flu biasa dan kaitannya dengan kehidupan sosial mereka menemukan bahwa seorang perokok memiliki kemungkinan 3 kali lebih tinggi terserang flu. Hal yang lebih mengejutkan datang dari orang-orang yang tidak memiliki banyak variasi dalam hubungan sosial, mereka memiliki kemungkinan 4.2 kali lebih tinggi terserang flu, sedangkan mereka yang memiliki hubungan dan lingkar sosial yang baik cenderung lebih kuat terhadap serangan flu. Profesor Sheldon mengatakan, hal ini kemungkinan karena mereka merasa bahagia dan tingkat stres mereka lebih rendah.
Nah bagaimana? Hidup dengan emosi yang tertahan dan mengganjal hati tidak selamanya menyenangkan, hal ini dapat menimbulkan stres jika dibiarkan berkepanjangan, bukan hanya menyakiti kamu secara psikologis tapi juga dapat mempengaruhi kesehatanmu. Be positive! Dan kamu akan lebih sehat.
Sumber: Oprah