Apakah MSG tidak baik bagi kesehatan kita?
Kamu pasti sering mendengar istilah yang satu ini ‘generasi micin.’ MSG atau yang sering disebut micin dalam bahasa Indonesia, perasa makanan yang satu ini sering kali dianggap dapat membahayakan kesehatan. Bahkan beberapa orang beranggapan mengkonsumsi micin dapat menyebabkan kebodohan pada anak-anak. Kemudian beberapa orang lainnya mengklaim bahwa micin dapat menyebabkan kanker jika dikonsumsi berkepanjangan. Lalu apakah benar MSG tidak baik bagi kesehatan? Apakah MSG dapat menyebabkan kebodohan?
Apa itu MSG?
Sebelum membahas dampak mengkonsumsi MSG bagi tubuh kita, baiknya kita mengenal apa itu MSG terlebih dahulu. MSG adalah singkatan dari Monosodium Glutamat, yaitu garam yang dihasilkan dari glutamat yang didapatkan dari hasil fermentasi gula. Nyatanya Glutamat bukan hanya dihasilkan oleh micin, tapi juga dapat ditemukan pada keju, daging, ikan, dan tomat. Tubuh manusia sendiri pun menghasilkan Glutamat.
Sejarah MSG
Pada tahun 1908, dimulai dari keinginan Ikeda Kikunae untuk menciptakan suatu pengikat rasa yang terinspirasi dari bahan rumput laut yang memberikan rasa pada kaldu tradisional Jepang yaitu Konbu Dashi. Penemuan Ikeda ini kemudian diberi nama Monosodium Glutamat dan segera dipatenkan di Jepang, Perancis, Amerika Serikat dan Inggris. Ikeda sendiri menamai penemuannya ini dengan sebutan ‘umami’ yang berasal dari bahasa Jepang yang berarti enak. Bekerja sama dengan perusahaan Kimia Suzuki, Ikeda mulai memproduksi umami secara pabrikan untuk dipasarkan. Pada tahun 1909 umami dipasarkan dengan merek dagang ‘Ajinomoto’ yang berarti esensi rasa.
Selama empat tahun pertama Ajinomoto tidak diterima oleh pasar dan tidak dapat membawa keuntungan bagi perusahaan Suzuki. Produk ini ditolak oleh restoran-restoran dan produsen ‘soy sauce.’ Mengetahui produknya tidak diterima, Suzuki mulai mengganti target pemasaran Ajinomoto yang sebelumnya kepada pedagang menjadi kepada ibu-ibu rumah tangga.
Perdebatan tentang MSG.
Perdebatan akan dampak buruk MSG ini dimulai sejak merebaknya tren restoran masakan oriental pada tahun 1960an. Banyak dari para pengunjung yang merasa pusing, mual, kulit kemerahan dan keringat dingin setelah mengkonsumsi makanan Tiongkok yang menggunakan MSG. Faktanya, setelah diteliti gejala-gejala ini tidak benar-benar disebabkan oleh MSG. Gejala-gejala ini timbul kemungkinan disebabkan oleh bahan makanan lain atau sugesti para konsumen tentang MSG itu sendiri.
Berbeda dengan pendapat sebelumnya, sebuah penelitian tentang MSG mengatakan bahwa MSG dapat merangsang sistem saraf kita secara berlebihan dan dapat berdampak pada kerusakan sistem saraf. Namun penelitian ini banyak ditentang karena dinilai menggunakan takaran MSG yang berlebihan dari jumlah konsumsi sehari-hari.
Penggunaan Monosodium glutamat di Indonesia sendiri sudah diatur dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No. 23 Tahun 2013 tentang batas maksimum penggunaan bahan tambahan pangan penguat rasa. Dalam peraturan tersebut ditulis bahwa Acceptable Daily Intake (ADI) atau asupan harian yang dapat diterima Monosodium Glutamat sendiri tidak ada. Kesimpulannya, penggunaan MSG dalam makanan disesuaikan dengan kebutuhan sehari si pengguna. Penggunaan MSG berlebihan tidaklah dianjurkan karena dapat mempengaruhi rasa secara drastis, dan tentunya segala sesuatu yang berlebih-lebihan tidaklah baik.
Nah itu dia penjelasan singkat mengenai MSG. Jangan lupa baca juga artikel seputar dunia kesehatan lainnya di sini ya!
Sumber: Kok-bisa, BPOM, dan A short history of MSG by Jordan Sand
Bisa bikin bego ga? Ato mungkin bahasa halusnya, bisa nurunin kemampuan otak ga?
Serupa dengan pendapat Ahli Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga MSG aman di konsumsi oleh manusia asalkan kadar pemakaiannya tetap harus dibatasi sesuai aturan. Selain itu rasa gurih yang dihasilkan MSG dapat menimbulkan rasa adiksi atau ketagihan, Sehingga hal itu perlu menjadi perhatian. Sumber : http://news.unair.ac.id/2020/07/20/benarkah-msg-sebabkan-berbagai-penyakit-jika-dikonsumsi/